Beberapa Tawa
Sabtu pagi ini, aku tak punya banyak rencana. Kevin dan Gwenth kemudian mengajak aku dan Elliot untuk berkunjung di Farmer Market sekaligus...
Sabtu pagi ini, aku tak punya banyak rencana. Kevin dan Gwenth kemudian mengajak aku dan Elliot untuk berkunjung di Farmer Market sekaligus sarapan pagi disana.
"Are you ready Wawan?" tanya Kevin
"Yaa"
Pukul 10 pagi, kami berangkat dengan mobil merah Kevin. Percakapan ringan tentang kabar hari ini di mulai dari Gwenth yang rajin bertanya. Elliot pun rajin menjawab, dan aku rajin tersenyum. Kevin pun ikut tersenyum.
Jarak dari rumah menuju Farmer Market cukup dekat, sekitar 10 menit kami tiba. Langkah kami cepat, sembari angin berhembus kencang aku berusaha untuk menenggelamkan kedua tanganku di kantong jaket tebal biru pemberian Kelvin.
Aku masuk dan merasa agak lebih hangat. Kulihat ada banyak pengunjung di tempat ini, lalu memperhatikan jualan yang ada. Sederhana, tempat ini bukan sekedar untuk berbelanja melainkan seperti tempat untuk saling silaturahmi. Saling bertukar senyum, tertawa, menyapa kawan yang lewat. Aku juga bertemu dengan Dea dan Sophie disini, mereka menemani Hostfamnya. Elliot yang melihatnya lebih dulu, dan kami menghampirinya.
"Hei, Seelaamet Pagi?" Elliot bertanya dengan bahasa Indonesia
"Heii, how are you?" Sophie berbalik dan tersenyum, bersamaan dengan Dea.
"Hai, good morning"
Percakapan sederhana di mulai, yang kemudian aku akhiri dengan beberapa kata.
"Have a nice day" dan kami kembali berjalan.
Farmer Market tidak begitu luas, kami sarapan dan berjalan, berputar beberapa kali dan memperhatikan barang-barang. Kevin dan Gweneth membeli beberapa bahan makanan, dan satu buah buku resep masakan. Selanjutnya, mereka masih punya rencana.
Kami pun kembali ke rumah, Kevin dan Gweneth menyimpan barang belanjaan.
"Do you want go again?" tanya Gwenth
"Its ok" Elliot menjawab dengan cepat
"Wait a minute"
Kevin mengirim sebuah email kepada temannya, dan aku mencoba menghubungi Adit yang rumahnya cukup dekat dengan rumahku. Aku mengajaknya untuk keluar bersama, dan dia tertarik.
Adit datang dan terlihat kedinginan, cuaca di luar cukup menantang. Butuh beberapa lapis baju untuk mendapatkan hangat yang cukup nyaman atau dengan strategi lain.
Kami pun akhirnya pergi bersama, mengunjungi beberapa toko dan kami mulai belanja bersama.
***
Minggu pagi kali ini, aku dan Elliot berusaha untuk bangun lebih awal. Ini bukan hari untuk santai atau berlibur bahkan berlama-lama di tempat tidur. Dua hari sebelumnya, Kara seorang wanita yang aktif dalam National Park Kanada mengajak kami untuk menjadi Volunteers di "Marathon Prince Edward Island". Kami mendapatkan t-shirt yang bertuliskan "Volunteer" di bagian belakang. Sementara bagian depan, terlihat dua orang pelari dan satu buah menara pesisir di Charlottetown.
Pukul 6:30 pagi, kami mulai bersiap untuk meninggalkan rumah. Suhu di luar sangat dingin. Aku mengenakan beberapa lapis baju dan jaket tebal. Namun tetap saja, tangan serasa beku. Angin kadang masuk dengan liar dan membuat strategi gagal seketika. Langkah kami percepat, aku dan Elliot sesekali bercerita dan melihat sekeliling kami yang masih gelap.
"Elliot, di Indonesia jam 6 pagi, Matahari sudah bersinar"
"Ya, disini tidak. Berbeda dengan Indonesia"
"Jam berapa sekarang?"
"Kita terlambat Wawan"
Kami pun berlari ringan, sekaligus berusaha mengalahkan dingin yang bersekutu dengan angin. Titik point bertemu ada di Confederation Art dekat kotak Box. Terlihat dari jauh Sufi dan Shein yang juga berlari. Kami mengejarnya dan mendekat, menghampiri titik poin bertemu aku melihat Vegy, Fanny, Adit, Doris, Feby. Untungnya kami datang di waktu yang tepat, nyaris terambat dan ketinggalan bus.
Kami segera menaiki bus, dan duduk dengan menunggu beberapa penumpang. Terlihat Kak Aan dari luar jendela menggunakan sepedanya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Tiba di bus, dia terlihat sedikit kesulitan mengatur irama nafasnya. Kak Aan menyapa kami, dan melempar senyum khasnya.
Kami tertawa, dan bus pun mulai berjalan menuju lokasi Marathon.
Dua hari sebelumnya, kami telah mendapatkan tugas masing-masing. Aku berhenti di Pos pertama bersama Arga, Adit, Sophie, Vegy, Dea, Sarah, dan Kak Aan. Tugas kami adalah, menanti para peserta Marathon datang, lalu mempersiapkan minuman. Kami mengatur meja, dan mengisi gelas-gelas kecil. Sementara Adit, si Abang None Jakarta 2011 punya tugas lain. Dengan di bantu Sophie dan panitia, Adit menggunakan kostum "Parka", tugasnya serupa badut yang ada di Dufan. Menghibur, dan berjoget dengan gaya sekocak mungkin.
Abang Jakarta 2011 kali ini akan beraksi, dan melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
"Ini pertama kali aku jadi Badut kayak gini bro"
Sementara Adit mengenakan Kostum Parka dan berjoget lalu bersorak menyemangati para peserta, aku dan beberapa teman lainnya berdiri di pinggir jalan. Lalu memegang gelas kecil yang berisikan air putih dan Gatorade.
Kemudian kamimenjulurkan tangan kami kedepan, menawarkan gelas kecil itu sambil berteriak,
"Water, water, water....."
"Gatorade, gatorade, gatorade...."
Peserta akan menjumput gelas kecil itu, dan melanjutkan berlari.
"Thank you sir" kata peserta
"Its ok"
Parka terus berjoget dan beraksi dengan gayanya. Hingga seluruh peserta melewati tempat itu, dan kami beranjak untuk siap pergi ke tempat persinggahan selanjutnya.
"Sumpah, aku akan menghargai semua badut, susah jadi badut. Tapi tadi aku merasa hangat sekali disana" kata Adit
Kami tertawa, dan melanjutkan perjalanan.
***
Sebelum pulang ke rumah masing-masing, kami menunggu di Dalvay Beach. Aku menemui pantai dan ombak-ombak kecil lalu bermain bersama. Aku menyukai tempat itu, aku juga menuliskan beberapa harapan di atas pasir yang kuharap akan menjadi kenyataan. Tentang harapan itu, tak akan kujelaskan disini tapi mungkin akan kutuliskan dalam beberapa paragraf terakhir cerita panjang ini. Kami pulang dengan di jemput anggota National Park.
Kemudian turun di depan Murphy Center, aku dan Elliot kembali berjalan kaki. Di tengah jalan kami melihat Sufi tengah memperhatikan peta Charlottetown. Sufi tengah tersesat dan lupa arah jalan pulang ke rumah. Akhirnya kami menghampiri Sufi, dan ikut bersama kami. Di rumah, Sufi berbincang dengan Kelvin dan mulai mengerti untuk arah jalan pulang ke rumah.
Aku dan Elliot kembali keluar untuk menemani Sufi,
"Tidak usah repot-repot, aku bisa kok. Ini akan jadi petualangan kecil" kata Sufi sambil tersenyum
Aku dan Elliot kemudian pergi ke Market untuk membeli sedikit makanan ringan. Dan kemudian menuju rumah Adit, aku meminjam kabelnya sejak dua hari yang lalu. Aku baru mengembalikannya hari ini. Di rumah Adit, kami berbincang sekitar 10 menit. Hingga Keir datang mengajak Adit untuk pergi ke Straford untuk memindahkan beberapa barang. Aku dan Elliot pun turut serta dan pergi bersama.
Keir is Wonderful, dia punya banyak saham dan cerita tentang menikmati hidup. Dia punya beberapa kantor, rumah dengan taman yang luas dan senang berbagi, ramah, dan murah senyum. Adit akan pindah ke rumah besar di Straford saat musim winter tiba, kami berkunjung dan melihat apa yang telah Keir dapatkan. Ada banyak hal yang ia ceritakan, tentang apa yang telah ia miliki dan ia rasakan.
"She is my girlfriend" kata Keir sambil memperlihatkan foto tua yang ada di lemari.
Aku, Elliot dan Adit tertawa bersama dan melanjutkan cerita.
5 comments
senang membaca perjalanan kisahmu di negeri orang wan...
Replyweisss, teringat Ahmad Fuadi :)
ReplySalam buat Elliot, kak. :D
semoga bisa nyusul kak
Replymenyimak ^^
Replymenyimak apa??
Reply