Jum'at Ini "Hari Hujan"
Sejak subuh sebelum saya beristirahat beberapa jam, hujan sudah mulai pelan-pelan. Dan saat saya kembali terjaga, saya tidak menemukan Mata...
Sejak
subuh sebelum saya beristirahat beberapa jam, hujan sudah mulai pelan-pelan.
Dan saat saya kembali terjaga, saya tidak menemukan Matahari, melainkan hujan
yang tidak lagi pelan-pelan. Kuambil buku kecil yang di dalamnya tersimpan
surat tilang, hari ini agenda saya datang ke Pengadilan. Dua Minggu yang lalu,
saya melanggar karena lupa menyalakan lampu kendaraan. Dan saat ditahan lalu diperiksa Pak
Polisi, saya tidak membawa SIM karena SIM itu hilang tahun lalu dan saya belum
sempat mengurus ulang SIM itu di Soppeng.
Pagi
ini saya terus memperhatikan hujan, namun sepertinya Jum'at ini hari hujan, lebih
dari kemarin. Jika saya menunggu hujan berhenti, mungkin saya tidak akan bisa
keluar rumah. Kuputuskan untuk tetap keluar dengan menggunakan jas hujan, motor
saya dan saya sendiri sudah siap bermain-main dengan hujan. Ketika saya tiba di
Pengadilan, dan memarkir motor saya kulihat ada seorang perempuan yang
kira-kira berumur 40an, bercerita dengan seorang bapak yang kira-kira berumur
30an. Kudengar dia mengeluh, lantaran harus membayar Rp.150 Ribu hanya karena satu
kaca spionnya retak. Ibu itu juga curhat dengan saya, saya hanya bisa
mengangguk.
Dok.Pribadi. Pengadilan hari ini
“Selesai
mi sidangnya bu?”
“Selesai
mi, terlambat ko”
“Jadi,
bagaimana biasanya itu bu kalau tidak ikut?”
“Masuk
mi dulu”
“Terima
kasih bu, hati-hati ki” Ibu itu pun pergi dan terlihat masih kesal dengan
keputusan hakim.
Saya
pun pergi menemui petugas, namun karena siding telah selesai saya diminta untuk
pulang dulu dan datang setelah jam istirahat. Saya pulang, dan di luar masih
hujan. Saya kembali bermain-main hujan.
Dok.Pribadi. Bersiap bermain-main hujan
*
Setelah
shalat Jum’at saya menyempatkan mengirimkan dua buah tulisan di dua media yang
berbeda. Saya berharap besok bisa membaca tulisan itu, satu atau mungkin
dua-duanya. Setelah mengirim, saya kembali bergegas menuju pengadilan. Hujan
benar-benar tak berhenti, saya kembali harus bermain-main dengan hujan. Saat
tiba di pengadilan, seorang petugas sudah menanti, saya memberikan surat tilang
dan membayar denda, tak cukup sepuluh menit, urusan di pengadilan selesai.
Kulihat
jam menunjukkan pukul 14:36 WITA, saya harus tiba di Gedung Pinisi sebelum
pukul 15:30 WITA. Di lantai 12, ada “Research Class” bersama Pak Lukman dan
teman-teman IndoPositive. Saya sempat untuk menunggu hujan berhenti, namun
sepertinya itu hanya akan menghambat dan kembali kuputuskan menikmati
perjalanan dengan bermain-main dengan hujan.
Hujan
kian deras, semangatku kian keras untuk tiba tepat waktu di Pinisi. Sudah banyak
jalanan yang digenangi air, kota ini seketika terlihat menyedihkan. Banyak yang
menyalahkan hujan, atau berkeluh dengan hujan. Beberapa bulan ke depan hujan
masih akan selalu menyapa, jika saya menjadi seseorang yang hanya bisa
mengutuk-ngutuk hujan, maka saya benar-benar adalah orang yang bodoh. Ada
banyak orang yang sering menjadikan hujan sebagai kambing hitam, lantaran tidak
mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Dok.Pribadi. Dari Lantai 12 Pinisi
"Hari ini saya siap untuk bermain-main dengan
hujan, selalu"
Hari
ini saya juga kembali mengingat puisi saat saya masih duduk di kelas dua SD, “Walau
Hujan”
Walau hujan
Aku tetap pergi ke
sekolah
Walau hujan
Ibu tetap pergi ke
pasar
Walau hujan
Ayah tetap pergi ke
sawah
Karena hujan
Adalah rahmat Tuhan
Alhasil,
saya bisa datang tepat waktu dan memulai kelas dengan pembahasan yang
menyenangkan.
"Besok akan jauh lebih menyenangkan, percayalah!"
2 comments
saya belum mampu seperti kamu wan.
ReplyCerita yang menarik bersama hujan yaa broo :)
Reply