Kutukan Prestasi Eka Kurniawan
Setiap kali membuka blog Eka Kurniawan, ada beberapa hal ganjil yang kutemukan dalam diriku. Menjadi penulis yang baik tak lepas dari menja...
Setiap kali membuka blog Eka Kurniawan, ada beberapa hal ganjil yang kutemukan dalam diriku. Menjadi penulis yang baik tak lepas dari menjadi pembaca yang jauh lebih baik. Sepertinya, pesan itu terlihat dalam blog dan sejumlah pikiran yang Eka jelaskan di dalam tulisannya. Eka seolah menantang pembaca untuk maju dan lebih baik lagi dalam membaca maupun menulis. Melihat apa yang telah dilakukan Eka dalam blognya, tak jarang jika karyanya mendapat posisi di beberapa negara. Sejumlah karyanya yang telah diterjemahkan menjadi kabar yang menggembirakan bagi sastra Indonesia.
Eka juga mengajari dan mengajak saya mengenal beberapa nama yang sebelumnya tak kukenal. Ada banyak tokoh yang diperkenalkan Eka melalui blognya, misalnya saja Knut Hamsun, Gogol, Melville, Kawabata, Gabriel García Márquez, Salman Rushdie dan sejumlah penulis dengan karya yang wajib dibaca. Akhir - akhir ini saya lebih sering mengurung diri di kamar dan mengurangi aktivitas di luar hanya untuk menyelesaikan sejumlah buku rekomendasi dari Eka. Saya sendiri pernah bertemu dengan Eka namun tak sempat berbincang, saat itu saya bersama tim Makassar International Writers Festival (MIWF) 2013 menjemputnya di bandara. Kami menjemput John H.McGlynn, seorang penerjemah sekaligus editor berkebangsaan Amerika yang telah tinggal di Indonesia sejak 1976. Bersama Eka, John membicangkan hal - hal yang belum kami mengerti. Di sana, saya mendengar beberapa karya yang direncanakan untuk diterjemahkan. Bersama tim MIWF, saya hanya menyimak pembicaraan mereka berdua.
Sebelum MIWF, saya mengenal Eka dalam novelnya Cantik Itu Luka. Di MIWF tahun 2013 ada banyak hal yang dibincangkan. Hari ini, ketika kembali mengunjungi blog Eka, saya melihat tulisannya tentang Prestasi. Sepertinya, ada kutukan dalam tulisan itu. Seringkali kita mengutuk diri sendiri, dan juga orang lain yang membuat kita iri dengan apa yang mereka raih. Tentu, setelah semua catatan singkat ini, saya berusaha untuk belajar menulis.
2 comments
Oh kamu pernah jadi panitia Makassar International Writers Festival (MIWF) toh.
Replypernah bang :)
Reply