Rasa Sakit Memang Tak Mengenal Hari Libur
Hari ini, aku mendengar tiga kabar secara beruntun yang membuat hari Minggu ini bukan sebagai hari yang cukup tuk istirahat. Pertama tentan...
Hari ini, aku mendengar tiga kabar secara beruntun yang membuat hari Minggu ini bukan sebagai hari yang cukup tuk istirahat. Pertama tentang seorang teman yang harus bertengkar dengan ayahnya. Konflik ini mungkin terdengar biasa dan remeh. Namun ketika aku menempatkan posisi pada temanku itu, aku bisa mengerti sejumlah kata atau pun kalimat menyakitkan yang berhasil menyayat hatinya sebagai seorang anak. Merasa kehilangan kekuatan "anak" lantaran seorang ayah menuntut banyak hal tanpa memberikan apa yang semestinya kepada anak adalah hal yang keliru. Tidak semua anak terlahir dengan kecerdasan untuk memahami, mereka cendrung hadir untuk selalu dipahami. Kesulitan menjadi orang tua ada pada saat dia mampu memahamkan anak dengan dunia yang ada, dunia yang mereka akan jalani bersama. Jika kau tak pernah memahami dan tak siap menerima risiko menjadi seorang ayah atau ibu, aku selalu menyarankan seseorang untuk tidak menikah. Saran itu mungkin terdengar melanggar budaya yang ada, namun budaya yang tak dipahami sepenuhnya kadang - kadang adalah kebodohan yang dilanjutkan.
Kedua, Ato sedang sakit. Fisiknya cukup lemah untuk menjadi seorang yang bebas dan mampu disebut sebagai anak sehat. Tapi aku selalu percaya pada senyumnya, di sana ada bayangan Tuhan yang siap menemaninya dan memberinya kekuatan. Selagi aku berdoa dan berusaha untuk dia, aku berharap dia bisa menjadi anak yang tetap kuat dan sehat. Jika seperti ini, kadang aku merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik. Kami berbicara via handphone, dan semoga semua akan baik - baik saja.
Ketiga, tentang tukang kayu yang kuanggap sebagai saudara. Dia kembali menggunakan benda terlarang, kembali memeluk narkoba. Setelah sebelumnya dia pernah menggunakan itu saat duduk di bangku SMK. Aku juga berusaha berada di posisinya, kondisi keluarga dan posisinya sebagai seorang suami sekaligus ayah adalah hal yang berat. Perempuan yang menjadi istrinya juga sering bercerita dan mengeluh kepadaku. Aku mendengarnya, dan melihat pernikahan mereka yang cukup rumit. Sekali lagi, pernikahan memang bukanlah sesuatu yang mudah. Menjadi satu dari dua kepala dan hati membutuhkan kesabaran dan ketulusan yang luar biasa.
Rasa sakit datang di hari Minggu, di hari libur. Merasakan ketiga rasa sakit itu serasa mengganggu, dan parahnya lagi, ketiga orang itu belum kutemui dan kuajak berbicara. Aku menenangkan diri dengan menulis dan berpikir, mungkin aku juga sakit, sehingga mudah merasa sakit. Tapi aku membantah, orang sakit di kepalaku seperti orang yang tidak sakit melihat orang lain sakit. Yang begitu pandai acuh, dengan masalah yang ada di orang sekitarnya. Rasa sakit memang tak mengenal hari libur. Dan jika kita sedang berada di posisi yang sama, aku harap kesakitanmu dan kesakitanku segera usai. Aku mendoakanmu sembuh atau orang yang kau sayangi sembuh. Dalam doa, semua terasa lebih enteng. Tapi, tetap saja sakit itu adalah sakit.
2 comments
semoga masalahnya cepat selesai mas..
Replymonggo~
https://aksarasenandika.wordpress.com/2015/07/12/buat-bapak-semua-hanya-masalah-waktu/
terima kasih mas Wiso, :)
Reply